Thursday 22 December 2011

Apakah Ayah Nabi Muhammad termasuk Ahlul Fathrah?

Apakah Ayah Nabi Muhammad termasuk Ahlul Fathrah?

FATWA SYAIKH BIN BAZ
Pertanyaan:
Allah Ta’ala berfirman:
..وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولاً.

“..dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul.” (QS. Al Israa: 15)


Bukankah ayah Nabi termasukk ahlul fathrah (umat yang belum sampai kepada mereka dakwah Rasul dan kelak mendapat ujian di akhirat), dan Al Qur’an dengan jelas menyebutkan bahwa mereka selamat?
Kami memohon jawabannya, semoga Allah membalas kebaikan anda.

Jawaban Syaikh:
Ahlul fathrah tidak tersirat di dalam al Qur’an bahwa mereka selamat atau binasa, Allah hanya menjelaskan:

..وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولاً.

“..dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul.” (QS. Al Israa: 15)

Karena di antara keadilan Allah Ta’ala, Dia tidak mengadzab seseorang kecuali setelah Dia mengutus seorang Rasul padanya. Maka seseorang yang belum sampai padanya dakwah Islam tidaklah diadzab hingga ditegakkan hujjah atasnya. Dan Allah telah mengabarkan bahwasanya Dia tidak mengadzab mereka kecuali setelah ditegakkan hujjah, dan hujjah bisa jadi ditegakkan atas mereka pada hari kiamat. Sebagaimana hadits Nabi menyebutkan bahwa ahlul fathrah akan diuji pada hari kiamat, barangsiapa taat dan mengikuti perintah maka dia pasti selamat, sebaliknya barangsiapa durhaka maka pasti dia masuk neraka. Dan Nabi ﷺ bersabda: “Sesungguhnya ayahku dan ayahmu berada di neraka”

Saat seseorang bertanya tentang keadaan ayahnya di akhirat, beliau menjawab: “Sesungguhnya ayahmu berada di neraka.”
Saat beliau melihat wajahnya muram karena sedih beliau bersabda, “Sesungguhnya ayahmu dan ayahku berada di neraka.” (HR.Muslim)

Nabi mengucapkan ini adalah untuk menghibur sahabatnya dan memberitahukan bahwasanya hukuman neraka tidak khusus untuk ayahnya saja, dan bisa jadi 2 orang ini (yaitu ayah Nabi & ayah sahabatnya) telah tegak hujjah atas mereka, oleh karena itu Nabi ﷺ bersabda, “Sesungguhnya ayahmu dan ayahku berada di neraka.” Beliau mengucapkan ini dari wahyu Allah Ta’ala. Karena beliau tidak berkata dari hawa nafsunya:

وَمَا يَنطِقُ عَنِ الْهَوَى . إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى .
Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). (QS. An Najm: 3-4)

Barangkali Abdullah bin Abdul Mutthalib, ayah Nabi telah tegak hujjah atasnya, karena Quraisy mengetahui agama Nabi Ibrahim. Dahulu Quraisy beragama sebagaimana agama Nabi Ibrahim hingga seseorang bernama Amru bin Luhai al-Khazai membuat ajaran baru saat dia menjadi pemimpin kota Mekkah, dia mendatangkan berhala dan mengajak manusia untuk menyembahnya sebagai ilah selain Allah. Bisa jadi ayah Nabi telah mengetahui bahwa penyembahan berhala yang dilakukan oleh Quraisy itu adalah kebatilan lalu dia mengikutinya dalam kebatilan, maka telah tegak hujjah atasnya. Nabi ﷺ pernah bersabda:
“Aku melihat Amru bin Luhai ususnya terburai di neraka karena dia orang pertama yang mengorbankan sembelihan binatang ternak untuk berhala.” (HR.Bukhari 3521, Muslim 2856)

Demikian juga hadits saat Rasulullah meminta izin kepada Allah untuk memohon ampunan untuk ibunya, namun tidak diizinkan, hanya saja beliau diberi izin untuk berziarah ke makamnya.
Bisa jadi telah sampai hujjah atasnya akan kebatilan agama Quraisy sebagaimana suaminya juga mengetahuinya, oleh karena itu Nabi dilarang memohonkan ampun untuk ibu beliau.

Maka setiap orang yang hidup pada masa fatrah yang belum sampai kepadanya dakwah Nabi, mereka akan diuji pada hari kiamat, jika mereka taat maka akan menjadi penghuni surga,jika durhaka akan jadi penghuni neraka. Demikian pula seorang yang tua renta yang belum sampai padanya dakwah Islam, dan juga orang gila serta anak-anak orang kafir yang meninggal yang belum mengerti dakwah Islam, mereka akan diuji di akhirat. Karena saat ditanya tentang keadaan orang-orang tersebut di akhirat beliau ﷺ menjawab:
“Allah lebih mengetahui apa yang dilakukan mereka.” (HR Bukhari 6224)

Anak-anak orang kafir akan diuji pada hari kiamat seperti ujian yang dilakukan terhadap ahlul fatrah, jika lulus, mereka selamat, jika gagal, mereka akan binasa. Sebagian ulama berpendapat, “Sesungguhnya anak-anak orang kafir yang mati termasuk manusia yang selamat dari neraka, karena mereka mati dalam keadaan suci, karena Nabi melihat mereka saat memasuki taman surga bersama Nabi Ibrahim dan juga bersama anak-anak kaum muslimin.” Dan inilah pendapat yang kuat.
Adapun anak-anak kaum muslimin adalah penghuni surga, berdasarkan kesepakatan para ulama. Wallahu a’lam
Sumber: www.kulalsalafiyeen.com (disarikan dan diterjemahkan oleh: Abu Hasan Arif)
Diketik di Bekasi, 13-12-11
Load disqus comments

0 comments

comments