Thursday, 22 December 2011

HUKUM SEBUTAN ALMARHUM BAGI MUSLIM YANG TELAH WAFAT Oleh : Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz

HUKUM SEBUTAN ALMARHUM
BAGI MUSLIM YANG TELAH WAFAT
Oleh : Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz

Pertanyaan
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya :
Apa saja ungkapan-ungkapan yang dapat ditujukan terhadap orang-orang yang sudah meninggal dunia. Sebab, kami sering mendengar tentang si fulan "al-maghfur lahu (orang yang diampunkan baginya)" atau "al-marhum (orang yang dirahmati)"; apakah ungkapan-ungkapan seperti ini benar ? Mohon pencerahan anda mengenai hal itu.

Jawaban
Ungkapan yang DIYARIATKAN dalam kasus ini adalah "Ghafarallahu (semoga Allah mengampuninya)" atau "Rahimahullah (semoga Allah merahmatinya)" dan semisal itu bila dia (orang yang meninggal dunia tersebut) seorang Muslim dan TIDAK BOLEH diucapkan "al-maghfur lahu" atau "al-marhum"

KARENA
tidak boleh bersaksi terhadap orang tertentu bahwa dia masuk surga, masuk neraka atau semisalnya kecuali orang yang memang sudah dipersaksikan Allah dengan hal itu di dalam KitabNya yang mulia atau orang yang telah dipersaksikan oleh RasulNya Shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa dia masuk surga seperti Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Kahtthab, Utsman bin Affan, Ali dan para sahabat lainnya yang termasuk sepuluh orang yang dijanjikan masuk surga dan selain mereka yang telah dipersaksikan beliau masuk surga seperti Abdullah bin Salam, Ukasyah bin Mihsan Radhiyallahu 'anhum,

ataupun
orang yang dipersaksikan beliau masuk neraka seperti Abu Thalib, Amr bin Luhay Al-Khuza'i dan selain keduanya yang telah dipersaksikan beliau masuk neraka -na'udzu billahi min dzalik-.

Jadi, kita bersaksi atas hal itu. Sedangkan orang yang BELUM dipersaksikan Allah ataupun RasulNya masuk surga atau neraka, MAKA kita tidak bersaksi atasnya terhadap hal tersebut dengan menentukan orangnya. Demikian juga, kita tidak bersaksi terhadap seseorang tertentu mendapatkan ampunan (maghfirah) atau rahmat KECUALI berdasarkan nash Kitabullah dan sunnah RasulNya.

Akan tetapi Ahlus Sunnah berharap baik bagi orang yang berbuat baik dan khawatir terhadap nasib orang yang berbuat keburukan dan bersaksi atas ahli iman secara umum bahwa mereka masuk surga dan orang-orang kafir masuk neraka sebagaimana hal itu telah dijelaskan Allah Subhanahu wa Ta'ala di dalam kitabNya.

"Allah menjanjikan kepada orang-orang yang mu'min lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya" [At-Taubah : 72]

Dan Dia juga berfirman di dalamnya.
"Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka jahanam. Mereka kekal di dalamnya. Cukuplah neraka itu bagi mereka"[At-Taubah : 68]

Sebagian ulama berpendapat boleh bersaksi atas masuk surga atau neraka bagi orang yang dipersaksikan oleh dua orang yang adil atau lebih bahwa dia baik atau buruk berdasarkan hadits-hadits shahih yang berisi tentang hal tersebut.

[Majmu Fatawa wa Maqalat Mutanawwi'ah, Juz V, hal. 365-366 dari fatwa Syaikh Ibn Baz]

[Disalin dari buku Al-Fatawa Asy-Syar'iyyah Fi Al-Masa'il Al-Ashriyyah Min Fatawa Ulama Al-Balad Al-Haram, edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Terkini-3, Terbitan Darul Haq]

Ana copas dari Orcela Puspita
Load disqus comments

0 comments

comments